Powered By Blogger

Senin, 28 Desember 2015

Kesejukan Kota Pandeglang Berkah

Pandeglang, adalah salah satu nama Kabupaten di Provinsi Banten yang berada di wilayah selatan Ibukota provinsi, dengan keadaan geografis yang cukup sejuk dihampar pegunungan disisi wilayahnya menjadikan Pandeglang layak di serupakan dengan Puncak, Dieng, Liwa, Gisting, Kaliurang atau wilayah lainnya di Indonesia.


Kota Pandeglang amat sangat terjaga kebersihan dan tata ruang kotanya, lalu lintas yang cukup tertib membuat kota ini menjadi nyaman, terutama untuk visitor seperti kami. Long weekend kali ini berikut resumenya diturunkan; Subuh 24 Desember, 2015 waktu sudah menunjukan 5.35 saat kami bergerak dari Start Point Damkar, Cilegon kemudian menghampiri rekan lainnya yang telah menunggu di pos tunggu masing - masing, perjalanan kali ini tidak seperti biasanya, karena kami tempuh dengan menggunakan motor, bias dikatakan Touring walau motor yang diguna pakai berbeda jenis, merk, dan spesifikasi. Sekitar pukul 7.20 wib kami tiba di Kebon Jahe, Serang disalah satu warung nasi uduk untuk sarapan serta menyusun rute.


Rombongan kembali bergerak maju menuju Kota Pandeglang, melewati Kab. Serang ingga masuk ke Kab. Pandeglang, melintasi Mengger, Pandeglang Kota, dan akhirnya Cimanuk yang kebetulan salah seorang rekan kami berdomisili di Cimanuk, Pandeglang. ketika memasuki Pandeglang Kota kami rehat sejenak dan berfoto di sekitar Alun alun Kota Pandeglang yang sangat rapi dan bersih dibandingkan dengan Serang dan Cilegon.


Kota Pandeglang

 Landmark Pandeglang


Kota Pandeglang berlatar Komplek PEMKAB



Setibanya di Daerah Cimanuk, Pandeglang papan penunjuk arah yang erada ditepi jalan sudah memberikan tanda belok kiri untuk menuju Wisata Religi Batu Qur'an, namun rekan kami Rendi yang sedari tadi menunggu sudah menjemput kami di Cimanuk, tidak jauh dari sana sekitar 1.5 Km kami tiba di Kelurahan Kadubungbang di rumah beliau, rehat sejenak sambil menikmati hamparan sawah luas disamping rumah, nyaman sudah dari hiruk pikuk Kota Industri.




Pasar Kadubungbang, Pandeglang


Perjalanan kami lanjutkan dengan tujuan perdana Batu Qur'an yang tidak jauh dari rumah, hanya dengan berjalan kaki kami berangkat melewati perumahan warga dan pasar Kadubungbang sebelum akhirnya tiba di wisat Batu Qur'an.




Jalan Desea Kadubungbang, jalan menuju Batu Qur'an




Menara Pemandian Batu Qur'an


Musholla Pemandian Batu Qur'an

Setibanya dilokasi yang hanya dengan tiket masuk sebesar 3.000 rupiah pengunjung sudah diperbolehkan masuk, untuk berziarah atau sekedar membasuh muka bahkan mandi di pemandian Batu Qur'an yang kisahnya cukup melegenda tentang Syekh Mansyur. Bukan hanya kami pengunjung yang dating pada waktu bersamaan ada beberapa rombongan pengunjung dari luar Banten sekedar untuk berziarah bahkan adapula mereka yang membawa wadah air/ jerigen untuk di isi dengan air Batu Qur'an, ketika saya tanyakan kepada salah seorang pengunjung airnya berkaromah dan dapat  membantu dalam sebuah hajat manusia, saya senyum - senyum saja ketika mendengar motivasi mereka untuk sesuatu yang irasional dalam Ijtihad, begitu tipisnya tabir Kesyirikan dan Syariat....



Beberapa rombongan Jama'ah dari Luar Banten


Setelah mengobati rasa penasaran di atu Qur'an, perjalanan kami lanjutkan menuju Cilancar dan Cipalias, konon Cipaliaslah asal muasalnya kisah Batu Qur'an orisinil, begitulah legenda yang bertutur meluas dimasyarakat.

Tiada salahnya kami mencoba berkunjung mengeksplorasi ladang - ladang kekuasaan Jin yang terus mengaku sebagai arwah para Ustadz di Banten, diperjalanan saya sudah membayangkan seperti apa visualisasi lokasi yang akan kami kunjungi ini saya yakin tidak akan jauh berbeda dengan Sumur 7 di Bandar Lampung, Ampeldenta maupun Demak atau Sumber-sumber mata air yang terlanjur dikeramatkan sejak dahulunya. Secara pribadi saya tetap harus menghargai mereka yang percaya bahwa itu sebuah syariat, namun saya cukup memandang dari sisi ilmiahnya saja bahwa air Pegunungan akan cukup baik digunakan karena memang airnya yang alami dan mengandung beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh, bukan dari air yang dirapalkan mantra sekalipun itu berupa rajah atau apalah.... saya kembalikan lagi tujuan kami semua adalah wisata atau napak tilas, belajar memandang dari sisi yang berbeda dari sebuah peradaban dimasa lampau, itu saja.


Menara Batu Qur'an

Jalan Setapak Menuju Cilancar

Woro-woro Pengurus Cilancar


 Penyewaan Gayung (2 Ribu Rupiah per gayung)


 View Pemandian

 Ini bukan ritual buang Sengkolo ya.... tapi Buang Panas teriknya matahari dibadan, begitu diguyur..nyesssss.....Segaaarrr...


 



Perjalanan menuju Pemandian Terakhir, Cipalias

Makam Syekh Demang Lancar


Jalan setapak menuju Cipalias


Pemandian Cipalias 


Group Penyamun Mandi



Airnya Luar biasa dingiiiinnn.... 


Abah HALIMI/ Ust. HALIMI sang empunya Cipalias 


Perjalanan Pulang, sudah lapar sangat...


 Lanjut ke Menes, Makam Syekh Asnawi, Caringin
 Latar Gunung Pulosari


 Gunung Pulosari


 Ada yang nanggap Debus, tapi tidak sempat lihat...


 Parkiran Caringin, Makam Syekh Asnawi


 Seperti Kebanyakan Makam, masih saja ada oportunis berkedok Pendo'a
 

Pantai Menes


 

 Menunggu Pagi, Perjalanan selanjutnya


 Fajar di Pandeglang

 Donat Manis Buatan Biung,


 Lele Super ini hamper jadi santapan kami makan siang...



 Nasi uduk Pandeglang, rasanya lebih baik dari Nasi Uduk Cilegon

Di Rangkasbitung, Lebak


Masih banyak tentunya wisata Pandeglang yang belum sempat kami kunjungi, karena terbatasnya waktu, namun jika diikhtisarkan wisata nya amatlah di dominasi dengan Pemandian Umum dan Wisata Spiritual, tinggal masing masing individu yang membedakannya antara Syirik dan Syariat.


Salam,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar