Powered By Blogger

Jumat, 21 Juni 2019

di Jogja untuk kesekian kalinya

Kesekian kalinya saya kembali kesini, kota yang begitu saya cintai setelah kota kelahiran pastinya, namun kali ini bukan hanya traveling tapi juga menghadiri walimahan teman seorang teman baik, tulisan ini sebenarnya terlambat perjalanan ini sejak pergantian tahun 2019 kemarin, dan saya sudah mulai ogah - ogahan menulis, tapi akhirnya menulis juga...
undangan itu saya terima sekitar dua minggu sebelum hari-H, memang informasinya sudah beredar sejak lama jadi kali ini sebenarnya persiapanya cukup matang, lagipula saya fikir gak ada salahnya sekalian berlibur dan traveling ke tempat - tempat yang belum sempat saya kunjungi.

Tangan saya mulai hunting menu wisata jogja, banyak tempat baru sepertinya orang Jogja kelewat kreatif sampai tempat wisata yang menurut kita mustahil-pun mampu disulap apik oleh mereka.
Hari-H makin dekat otomatis saya kembali mengajukan cuti di kantor prediksi saya pulang dari sana akan mahal sekali tiket transport untuk pulang ah tapi ya sudahlah gak tiap waktu saya bisa saksikan tahun baru di kota kesayangan. Awalnya saya hunting tiket kereta agak santai karena berharap makin lama booking akan makin murah haha naif sekali, nyatanya MAKIN MAHAL dan HABIS, saya beralih ke tiket pesawat hasilnya NIHIL, dan yang tersisa adalah bus, berbekal pengalaman 2017 lalu ke Semarang via bus Rosalia tangan saya pun kembali gratil mencari kontak agen-nya setelah tanya panjang lebar akhirnya saya dapatkan tiket Cilegon - Jogja via bus Rosalia, saya berangkat dihari yang tentukan 40 menit sebelum keberangkatan saya dan teman sudah siap diterminal Seruni Cilegon, and as always Indonesia banget kalau gak on time, namun dengan amat menyesal penjaga loket konfirmasi bahwa bus yang tersisa adalah bus kelas dua bukan sesuai yang dipesan dengan harga menyesuaikan iapun dengan sigap mengembalikan kelebihan ongkos yang sudah dibayarkan, saya pasrah saja karena sudah no choice di injury time pula.

Bus berhenti di perhentian Ros-In Subang untuk makan malam dan kembali berhenti di Purwokerto rehat 30 menit, menu resto Rosalia kurang menggugah selera mungkin karena saya orang Sumatera hingga tidak terlalu suka dengan menu yang mereka sajikan. Bus pun kembali melaju dengan cepat hingga akhirnya pukul 03.10 wib kami tiba di terminal Giwangan, Jogja, menunggu sebentar sampai seorang utusan teman menjemput ke Wisma Dinas Sosial Jogja. Wismanya cukup nyaman, dan belakangan baru saya ketahui bahwa wisma ini tidak bisa sembarang pesan/bukan komersil hanya di alokasikan ketika ada acara kedinasan ataupun relasi/famili lingkup internal, saya jadi teringat pekerjaan ayah teman saya itu memang ASN di Jogja.

Jam di tangan sudah pukul 03.55 wib, wah sebentar lagi subuh dan tubuh ini pegal sekali dan besok saya harus prima untuk ngem-si, jari tangan mulai browsing terapis via Go Massage dan masih banyak yang standby di jam seperti itu...  luar biasa kota yang gak ada matinya....
akhirnya adzan shubuh berkumandang dan kami benar - benar tidak tidur, selespas sholat nyaman sekali rasanya namun kelaparan, ingin pesan via aplikasi belum ada tempat makan yang open kecuali fastfood, untungnya sang security wisma sedia makanan dadakan yah apalagi kalau bukan sahabat setia mahasiswa POPMIE... jeng..jeng...jeng....
matahari mulai masuk tanda pagi sudah kembali, dengan sigap kami bersiap diri menuju Agenda utama, Syukur Alhamdulillah semua prosesi dan acara berjalan cukup lancar tanpa sesuatu yang menghambat jalanya acara, happy wedding ya mba Ody & mas Fiq semoga langgeng hingga maut memisahkan.

Sepulangnya dari acara saya dan teman coba - coba hunting bakso, yaahh rasanya cukuplah tapi belum cukup nendang terutama sambelnya, sore itu Jogja cukup sejuk setelah diguyur hujan biasalah hujan menjelang tahun baru kalau kata orang chinesse gak hujan gak hoki saya kemas simplenya begini hujan itu berkah & rahmat dari Alloh. Ba'da Isya saya berencana langsung istirahat tiba - tiba pintu kamar diketuk ternyata mas Fiqra mengajak kami untuk kumpul bareng keluarga besarnya di Ingkung Grobog Umbulharjo, keluarganya yang hangat membuat kami lekas membaur thanks a lot bro...

bersama Damsiwar Adam family

Ingkung Grobog

Malam itu Jogja macet luar biasa karena besok malamnya sudah malam pergantian tahun 2019 juga sudah banyak jalanan yang ditutup untuk rekayasa lalu lintas, karena badan ini sudah cukup lelah maka saya putuskan untuk kembali ke wisma dan beristirahat.

Pagi itu Jogja cerah, amat sangat cerah dengan perasaan happy saya berkenalan dengan driver yang memang telah di booking sang manten (sahabat yang kemarin baru saja menikah) untuk menemani kami kebeberapa destinasi wisata, cukup banyak memang hingga saya ragu, apa bisa semuanya saya kunjungi karena terus terang untuk urusan traveling saya seperti orang yang haus dahaga tanpa berhenti. kulo Agus mas, driver'e panjenengan saking Jugjo niki....  wah..wah... bukan Jogja kalau etikanya tidak seperti ini...., maturnuwun sanget Pak Agus, kita bahasa Indonesia saja ya...
dia senyum geli sadar betul saya kurang lancar dalam berbahasa halus Jogja/Jawa, kalau bahasa dengan teman sebaya wuih Alhamdullilah cukuplah... haha,

Setelah saya sampaikan beberapa lokasi tujuan pada beliau, beliau langsung dengan sigap mengatur urutan rute perjalanan mana dulu yang bisa disinggahi saya ikut saja, oh ya Pak Agus ini Driver senior lho, terlihat dari caranya nyetir, pembawaannya dan beliau juga amat sangat memahami seluk beluk Jogja jam-jam padat/macet, acara-acara tradisional, kebiasaan/tradisi, waahh nyaman pokok'e, sebelum menuju destinasi saya bilang kita sarapan dulu Pak... beliau manut dan langsung memilihkan soto daging Lamongan hingga saya jatuh hati dengan menunya muantab, soto ini seharga 15 ribu, khas sekali sotonya dicampur nasi dengan irisan daging sapi yang cukup banyak kenyaaangggg..., sungguh ketagihan soto ini letaknya dekat Eks Terminal Lama Jogja, muantab Pak Dhe'...

depan warung sotonya ada seniman Jogja

Destinasi pertama adalah candi Ratu Boko, jika lihat profilnya benar-benar wah...
Menjelang pergantian tahun Jogja cukup ramai bahkan jadi destinasi utama untuk traveler, namun pagi itu Alhamdulillah jalanan cukup lancar, dan memang juga lokasi candi Ratu Boko berada di Sleman (Kabupaten) hingga tidak terlalu ramai. Panas hari itu cukup menyengat, kondisi jalan yang menanjak menuju Ratu Boko rasanya terbayar impas saat tiba di lokasi, sebelum memasuki areal Candi ada sebuah Cafe & Resto dengan latar panorama Gunung Merapi yang legend tentunya.

menuju candi Ratu Boko

Papan informasi di Ratu Boko
Eksis dolo di depan tulisan Keraton Ratu Boko

Pintu masuk Ratu Boko
Ratu Boko tampak sisi kanan pintu masuk
sisi kanan pintu masuk Ratu Boko


Saya jadi menyesal kenapa gak sedari dulu kesini, Subhanallah indah luar biasa, banyak spot yang benar - benar memanjakan mata dengan hamparan sabana hijau seluas mata memandang, tenaaangg sekali....

begitu hebatnya para manusia tempo dulu men-design sebuah keraton sekaligus tempat ibadah terlepas dari banyak legenda yang berkembang dimasyarakat, di bagian dalam komplek bangunan saya menemukan sebuah papan peringatan yang bertuliskan "dilarang membakar kemenyan/dupa" ternyata tempat indah ini pernah dijadikan tempat pemujaan/ritual semacamnya, saya senyum kecut saja membayangkan mereka yang terbodohi oleh tipu daya mahluk lain, wake up bro...  Alloh-lah penguasa segalanya, bukan yang lain.

Area megah ini saya dokumentasikan cukup banyak begitu kagumnya saya kejayaan masa lampau atas arsitektur yang megah diatas bukit dengan penuh kedamaian, di atas bukit ini memang panas, namun hembusan angin menyapu rasa panasnya.

Menuju hutan pinus Mangunan



beranjak meninggalkan Ratu Boko bergerak ke Selatan menuju hutan pinus Mangunan, saya ingin sekali berfoto di area hutan pinus ini sejak lama, dan Alhamdulillah tercapai, hehe

Sayup - sayup Adzan Dzuhur berkumandang selapas absen pada NYA, kami makan di sekitar area Mangunan dan akhirnya tertarik membeli racikan Wedang Uwuh, saya enak segerrr...

Tak banyak yang bisa dikunjungi disini, karena memang area hutan pinus dengan beberapa wahana foto untuk keluarga, sehingga kami tak berlama - lama di sini.



Dari Mangunan kami bergerak ke Imogiri, Royal Cemetery of Mataram - Surakarta - Jogjakarta, jika 2012 lalu saya mengunjungi leluhur para raja ini di Kotagede, hari ini saya mengunjungi zuriatnya, baru tiba di bawah bukit imogiri seorang kuncen sudah menawarkan jasa ojek untuk mengantarkan kami menuju puncak bukit dengan harga Rp. 50.000/orang, sontak Guide kami pak Agus menolak keras, ia tahu betul seluk beluk wisata Jogja ini, saya diam dan nurut saja dengan beliau.

Akhirnya kami tiba di pintu masuk Imogiri sehingga tidak perlu menaiki tangga yang jumlahnya ratusan itu, ada jalan pintas ternyata, asalakan kita pandai memilih guide nya.
tak butuh waktu lama untuk tiba di komplek makam ini, saya makin penasaran, ternyata kami lewat pintu samping melalui pintu Pakubuwana/Pakubuwono (Raja raja Kasunanan Surakarta), oh ya hampir lupa dibawah tadi istri sang kuncen menyuruh kami untuk membeli seperangkat peralatan ziarah, Demi Allah saya ke Imogiri bukan untuk berdo'a atau meminta sesuatu namun hanya ingin napak tilas dan mengetahui perjalanan sejarah Bangsa ini, bukan untuk kepentingan lain, jadi saya tidak begitu memperhatikan segala sesuatu hal yang juga bisa mengganggu kepercayaan saya, sekali lagi saya mohon ma'af apabila ada yang tidak berkenan dengan pendapat dan keyakinan ini.

kawasan Makam Imogiri



Hanya komplek Saptorenggo yang masih beroperasi/buka, ternyata ada beberapa nama komplek atau bagian makam di Imogiri, yang tertinggi di puncak bukit adalah Astana Kasultanan Agung yang dimakamkan disana adalah Sultan Angung beserta istri dan beberapa Raja penggantinya (para cucu dan cicitnya), kemudian sisi sebelah kiri dari arah datang/arah masuk adalah kompleks pemakaman raja - raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat mulai dari Pakubuwana - Kasuwargan - Kapisangan - Girimulya mulai dari PB I - PB XII, sedangkan Kasultanan Jogjakarta Hadiningrat berada disisi kanan dari arah masuk yaitu kompleks Kasuwargan - Besiyaran - Saptorenggo mulai dari Hamengkubuwono/HB I - HB IX (kecuali HB II yang dimakamkan di Kotagede dengan asalan yang cukup logis), dalam satu kompleks makam bisa terdiri dari 2 - 4 raja yang dimakamkan dan tiap kompleks berbeda kuncen/abdi dalem yang bertugas, perhatikan jadwal hari dan jam saat berkunjung ke Imogiri agar tidak kecewa jika tutup. Di komplek Saptorenggo adalah HB VII, VIII dan HB IX, tiap makam disekat dengan bangunan kayu jati seperti bilik/ruangan khusus layaknya makam tokoh besar, banyak ornamen khas kerajaan beserta foto serta tanda jasa sang raja, bahkan ada beberapa kerabat seperti istri, anak, dan lain sebagainya ikut dimakamkan dipelataran luar kompleks Saptorenggo, perlu diingat saat memasuki komplek Saptorenggo dilarang untuk berfoto/mendokumentasikan dalam bentuk apapun, ya hormati saja protokoler budaya keraton.

Gumuk Pasir Parangtritis


Bergerak makin keSelatan menuju Parangtritis, namun bukan pantainya, namun Gumuk Pasirnya tujuan kami, bukan Jogja namanya kalau tidak kratif hamparan pasir saja mereka sulap jadi tempat wisata dihiasi beberapa fasilitas/wahana bermain yang menunjang sarana berpasir ria.

Gumuk Pasir adalah destinasi terakhir hari itu sebelum kembali ke penginapan kami menikmati air kelapa muda mengabiskan senja.

Malam itu saya dilema harus pulang untuk menentukan moda transportasi pulang, kereta akan tidak mungkin tiketnya sudah habis diminggu kemarin, hanya 2 pilihan Bus atau Pesawat, akhirnya saya memilih pesawat walau harganya 3x lipat dari harga normal, ya sudahlah.... dan itupun dengan pesawat dengan harga paling bersahabat LION AIR, no choice...itupun sudah 3x lipat dari harga normal, maklum tanggal 1 Januari 2019.

Pagi itu sebelum berpisah semua keluarga besar Mas Fiqra & Mba Ody berpamit2an, saling mengucapkan terima kasih dan saling mendo'akan semoga selalu sehat dan diberkahi Alloh hingga Insha Alloh bisa bertemu dilain kesempatan. 

Pesawat kami pukul 19.10, jadi masih ada waktu untuk berwisata dihari terakhir, saya sampaikan tujuan - tujuan wisatanya dengan sigap Pak Agus mengatur jadwal mana yang harus didahulukan, saya kembali manut.

bersama keluarga besar mba Ody & mas Fiqra, sesaat sebelum perpisahan

Pakualaman dipilih menjadi destinasi awal saya kaget ternyata Pakualaman ini masuknya Gratis, asalkan berpakaian sopan (memakai celana panjang + bukan baju tanpa lengan), tidak banyak yang bisa saya lihat di area Pakualaman, selesai berfoto saya kembali ke mobil menuju destinasi selanjutnya Malioboro ...

di Pakualaman


Tak lain tak bukan apalagi yang dicari jika bukan oleh-oleh, beberapa baju batik dan bakpia khas jogja, Malioboro tambah indah dan tambah macet, parkirnya juga sekarang tambah susah, semoga akan lebih baik lagi dimasa mendatang.

sejak 2012, ketemu lagi dengan Pak Dhe ini





mampir foto di depan Tugu Jogja/Tugu Pal Putih Jogja

Akhirnya tiba didestinasi terakhir, Ulen Sentalu adalah sebuah Museum yang dikelola pihak Keraton, menceritakan sejarah Ngayogyakarta asal muasal dan kiprahnya untuk NKRI, Ulen Sentalu adalah Museum yang tidak biasa, kita akan di guide selama berkeliling di area museum dan sayangnya dilarang keras mendokumentasikan apapun selama berada di area museum, dan hanya bisa befoto diarea yang sudah ditentukan.

Museumnya cukup unik, menjelaskan tentang sejarah, asal muasal, tradisi dan protokoler kehidupan bangsawan keraton.

Tiket masuk Ulen Sentalu Rp. 80.000





Bandara Adi Sutjipto, Jogja

ngopi dulu sambil nunggu check in

Jadwal keberangkatan Alhamdulillah tanpa delay


40 menit yang mendebarkan

Selesai sudah semua perjalanan di Jogja kali ini, kami diantarkan ke Bandara Adisutjipto jogja, kami mengucapkan terima kasih, dan permohonan ma'af selama 2 hai ini, dan saling mendoakan agar selalu diberikan kesehatan hingga Insha Alloh bisa bertemu kembali di lain waktu.

Di dalam cabin pesawat saya terus berdoa dengan jantung dag dig dug....
selama 40 menit penerbangan yang benar - benar mendebarkan, terima kasih Lion, semoga pesawatnya selalu dalam keadaan baik dan Zero Accident.


Salam,
MN - (C) 2019

1 komentar: