Bagi perantau seperti saya, perjalanan adalah hal yang lumrah bahkan harus, ada banyak hal yang ingin saya ketahui dan singgahi salah satunya pada even Ramadhan 1437H kali ini, bertandang ke Tangerang bukan hal pertama kali, namun menapaki sejarah - sejarah yang tidak tersentuh secara vulgar membuatnya penasaran. Sebut saja Masjid Pintu Seribu yang cukup melegenda dari mulut kemulut yang makin membuat hati penasaran, akhirnya pada ramadhan kali ini saya beserta kawan2 memutuskan untuk mengunjungiMasjid yang konon terbilang nyentrik dengan segala perpaduan kultur bangunannya, dan juga lorong sempit dan ruang gelap untuk bertafakur itu yang menjadi spesial.
Bertolak dari Tol Cilegon Barat pukul 13.35 wib, melalui Tol yang cukup panjang, rute yang kami tempuh tidak memakan waktu yang lama karena siang itu Tol cukup lancar hanya macet ketika memasuki kawasan industri Jatake setelah keluar melalui Tol Curug/Bitung dan beberapa jalan protokol Tangerang.
Menempuhnya cukup melelahkan melalui pinggiran Kota Tangerang, melewati sisi Sungai Cisadane dan sempitnya jalan perkampungan penduduk. Masjid Pintu Seribu bernama lengkap Masjid Agung Nurul Yaqin Pintu Seribu (999), angka 999 merupakan esensi dari 99 Asmaul Husna dan 9 Wali (Walisongo), terletak di RT 01 RW 03, Kampung Bayur, Priuk Jaya, Jatiuwung, Kabupaten Tangerang, Banten. dilalui dengan jalan yang cukup berliku saran saja jika anda menggunakan aplikasi google map harus tetap jeli dan teliti compare juga dengan bertanya pada penduduk sekitar karena banyak jalan sempit yang tidak bias dilalui kendaraan roda 4, namun untuk roda 2 tidak jadi soal.
SKM Pemerintah Tangerang
Masjid yang berdiri di atas tanah seluas 1 hektar ini didirikan sekitar tahun 1978. Pendirinya adalah seorang warga keturunan Arab yang warga sekitar menyebutnya dengan sebutan Al-Faqir. Al Faqir ini adalah salah satu santri dari Syekh Hami Abas Rawa Bokor yang memulai pembangunan masjid itu dengan membuat Majelis Ta’lim terlebih dahulu di daerah tersebut. Ia pun membangun masjid ini dengan merogoh koncek kantongnya dari sendiri.
Warga sekitar pun untuk menghormatinya lantas memberikannya gelar Mahdi Hasan Al-Qudratillah Al Muqoddam. Al-Faqir ini kabarnya tidak membangun majis di Tangerang saja melainkan juga membangun masjid serupa di Karawang, Madiun, dan beberapa kota lain di Indonesia.
Lokasi Parkir Kendaraan
Bangunan Masjid Pintu Seribu, Bangunan Hijau disisinya adalah Rumah tinggal keluarga pendiri
Tidak seperti saat kita membangun sebuah bangunan yang harus didahului dengan membuat rancang bangunnya atau blueprintnya terlebih dahulu. Masjid seribu pintu ini pembangunan justru tidak memakai gambar rancang.
Jadi tidak desain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Bisa dikatakan masjid ini campur aduk desain arsitekturnya bila dilihat dari adanya pintu-pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec. Masjid ini memang memiliki banyak sekali pintu, namun tidak memiliki kubah besar sebagaimana masjid pada umumnya.
Di beberapa pintu masjid tampak ornamen dengan angka 999. Angka 999 itu merupakan penggabungan jumlah asma Allah yang berjumlah 99 dan 9 wali. Di antara pintu-pintu masjid terdapat banyak lorong sempit dan gelap yang menyerupai labirin. Di ujung lorong ada beberapa ruang bersekat-sekat hingga membentuk ruangan seperti mushola dan setiap ruangan (mushola) yang luasnya adalah sekitar 4 meter diberikan nama. Ada mushola Fathulqorib, Tanbihul-Alqofilin, Durojatun Annasikin, Safinatu-Jannah, Fatimah hingga mushola Ratu Ayu.
Setiap lorong di masjid ini sudah dilengkapi dengan penunjuk jalan. Dan, salah satu ruang dari sekian banyak lorong itu menuju ruang bawah tanah yang disebut ruang tasbih. Ruang ini biasa digunakan oleh Al Faqir dan jamaah lainnya untuk ber-istiqomah.
Pintu Masuk Masjid
Isilah buku tamu sebelum masuk
Area Dalam Masjid
Pintu Masuk Masjid yang masih dipakai untuk Sholat
Ada banyak ruangan didalam masjid, masjid ini tidak seperti masjid biasanya, banyak sekat dan ruang2 tersendiri yang fungsinya berbeda didalamnya cukup unik.
Ada baiknya ketika anda mengunjungi Masjid ini mintalah pendampingan dari Pengurus Masjid setempat, agar lebih faham setiap sisi bangunan juga sejarahnya berikanlah biaya seikhlasnya walau si Pengurus tidak meminta.
Setelah menyempatkan Sholat Azhar kami melanjutkan berkeliling di sekitar Masjid.
Kami juga berkesempatan mengunjungi Maqom tasbih untuk merasakan dan merenung bagaimana nantinya perjalanan di Alam Barzah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar